Minus Empat Belas
Aku mulai memahat dayung,
dari tiang penyangga yang tak sempat utuh….
Telah kupilin benang yang tak panjang
membentuk kelindan..
Aku termenung,
menatap angkuh jarum penentu arah yang telah berubah
menuju satu tempat kembali…
Minus Tiga Belas
Telah kukirimkan rindu yang engkau tanyakan
sepertimu, aku menyimpan segunung rindu…
Tidakkah kau lihat dayung yang memang kupahat untukmu?
meski belum lagi akan,
pasti sampai padamu…
.
Minus Dua Belas
Bersabarlah!
kusimpan dayung
serta kelindan penarik jentera…
Masih kucari rindu yang membiru
pada rapuhnya dunia
biar kupastikan terbawa serta,
sebab dunia tempat kita berdiri
serapuh warna rembulan…
.
Minus Sebelas
Masih sebelas senja…
harus kunikmati sendiri
Sekira tanganku menjelma mendung
dan nafasku laksana rintik hujan,
hendak ku hembuskan badai
pada langitmu disana
atau ku lukiskan pelangi
pada cakrawala
untukmu sendiri…
.
Minus Sepuluh
Aku rindu pada rasa rindu
hingga ku dekap jajaran gerbong
pada kereta yang melaju pilu…
Aku merindu pada nyala air mata
hingga derainya tak lagi bersisa,
Pada rumahmu,
aku merindu…
.
Minus Sembilan
Sepagi buta…
lagi,
engkau ingatkan aku pada jalan kembali
seolah aku tak lagi bernafas untukmu…
Mestinya usah kau kabarkan resahmu
hingga pilar jantungku bergetar
bergemuruh
Sebelum purnama
aku pasti kembali.
.
Minus Delapan
Telaga rasa yang tak habis ku salir
akan ku isi warna mu
yang juga warna ku,
Seperti tahun-tahun dulu
ketika aku menyesap nyawa
dari tiupan nafasmu
pun aliran nadimu
Meski jarak tercipta
biar malam menyatukan
sebab rembulan adalah cermin kita…
.
Minus Tujuh
Perlahan,
aku memungut jejak yang berserak
meniriskannya dari segala hampa…
Kusisihkan sekian waktu yang terbunuh
dalam warna-warni dunia
Kurekat tiga ribu enam ratus lima puluh senja
yang terlewat tanpamu…
Kini aku kembali
untuk memaknai senja
dalam bingkai senyummu
.
Minus Enam
Melalui hitungan senja yang tersisa
aku menjenguk senyummu dalam nyata
rasamu dalam jiwa
tangismu dalam rindu…
Ah, semakin dekat saja!
.
Minus Lima
Sengaja
aku menikmati senja pada batas bumi,
mengantar matari yang perlahan pulang
sendiri tanpa dirimu
pun bayangmu
Agar kelak aku takkan merindu
pada cita-cita mengejar matahari
Dan yang tersisa
hanya dirimu
.
Minus Empat
Dalam seratus putaran waktu
jantera telah ku pasang rapi
mengikatnya dengan kelindan
Dayung ku siapkan
dalam sandar buritan
Aku telah bersiap
dalam gegas
Sampan menuju mu
menunggu waktu
.
Minus Tiga
Waktu yang aku tunggu
membunuhku tiap detik berdetak
Tak tampak lagi matari
yang ada jalinan rindu
Segala warna sirna
berganti bayangmu
Aku terbunuh masa tunggu
.
Minus Dua
Aku berbalik,
meletakkan matahari di atas punggung
Melepaskannya dari cita-cita
seperti dahulu…
Aku telah memilih
untuk tak lagi mengejarnya…
Sebab aku tahu
ternyata matahari yang akan datang padaku
esok hari
di tempatmu.
.
Minus Satu
Aku pulang,
tak lagi hendak kemana
telah kususuri parade peristiwa
hingga cabang berhenti bertambah
jalan tak lagi mendua
Kutinggalkan sumpah serapah dunia
pada ruang tanpa pusara
Kelak aku akan kembali
memungut rantai yang terlepas
sebagai pengikat rindu
bila ada nanti
Hatiku berpacu
dengan papas dayung dan derit jentera
Aku pulang.
.
Pulang
Mengejar matahari
aku lelah rasa
harus kubingkai sembilan sembilu
merakit jalan pulang
Aku merindu senandungmu,
rintih doamu dikala subuh,
serta bisik lembut pada rahimmu
bagaimana aku tak mencintaimu seumur hidupku?
Perlahan sekali,
aku mengurai hari
membunuh menit yang melilit
untuk sampai padamu
Ijinkan aku
mereguk kembali nyawaku
dengan mencium tanganmu
Bunda
.
2 Comments
Comments RSS TrackBack Identifier URI
at “Pulang”, just wanna say: WOW
wew… 😀