Titik Akhir

Pada suatu siang yang terik di sebuah desa perbatasan Demak-Jepara, aku duduk diantara puluhan orang yang tak satupun ku kenal. Tua muda, bapak-bapak hingga kakek-kakek khusyuk memanjatkan doa bagi tuan rumah. Bukannya tidak ada perempuannya, tetapi setiap ibu atau nenek yang datang langsung masuk ke dalam rumah melalui pintu samping.

Kami duduk diatas kursi plastik hijau dan putih di halaman rumah. Barisan kursi yang sudah tidak sejajar demi mencari tempat teduh. Kursi-kursi yang sudah dipindahkan ke bawah pohon atau mengikuti bayangan tenda yang sudah tak lurus lagi. Beberapa malah telah memindahkan kursi di balik tembok rumah tetangga.

Siang itu, kami, para pelayat, melepas kepergian seorang kerabat. Tuhan telah memutus waktu dan kesempatan baginya di dunia. Sebuah titik akhir dari setiap ingin, rasa, lelah, usaha, rencana dan cita-cita manusia. Di titik ini ingin sudah tidak penting lagi kecuali yang telah diniatkan dengan baik. Lelah tidak penting lagi kecuali yang telah disyukuri. Usaha tidak penting lagi kecuali yang telah dipenuhi dengan kebaikan. Cita-cita tidak penting lagi kecuali yang telah diusahakan.

Siapa diri kita sudah tidak penting lagi kecuali bagaimana proses kita mencapainya!

gambar dari sini

  • Pengunjung

    • 10,622 hits
  • July 2011
    M T W T F S S
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    25262728293031
  • obrolan via twitter

  • Meta