Assalam

ni ruang nyampah mas bejo….

buat keluarin unek-unek…. utek-utek konsep…. cerita-cerita…. berbagi

pengalaman…. tempat belajar ….. sampe ngusilin orang ….. hehehe …..

konon seorang sahabat terbaik ku mengatakan:

seorang sahabat mampu merubah sampah yang kita keluarkan

menjadi mutiara, melalui doa-doa dan harapan baiknya

maka jangan sungkan-sungkan sahabat, tuliskan doamu bahkan

kritikanmu untukku,

selamat berbagi……..

 

Idea Share

Minggu pagi, hari yang buat sebagian besar orang digunakan untuk melakukan aktifitas yang disukai. Sebagai sebuah jeda dari rutinitasnya. Sebuah hiburan atas kepenatan. Sebuah hadiah atas usahanya. Sebuah spasi dari rangkaian kesibukan. Sebagai sebuah senja bagi putaran waktunya.

Minggu pagi, tak biasanya, aku mandi sepagi mungkin. Menenggelamkan diri dengan kesibukan menyiram taman yang tak rapi. Menyeduh teh dan menikmati pisang goreng yang tak habis semalam. Minggu pagi ini, tidak biasa.

Matahari mulai tinggi, kicau burung tinggal sesekali. Satu-persatu sahabat berdatangan. Pak Kepala Desa desa sebelah yang masih muda datang paling awal. Sosoknya yang energik meski dengan pakaian santai tak mengurangi kesan cerdas dan penuh semangat di mukanya. Beberapa tahun menjadi mahasiswa dan aktivis di Jogjakarta membuat pemikirannya terbuka serta memiliki jaringan yang luas.

Disusul kemudian oleh seorang perempuan muda yang konsen di bidang pendidikan anak usia dini di kota kecil kami. Jadwal yang padat di beberapa lembaga pendidikan membuat perempuan perkasa ini hampir tidak memiliki waktu untuk dirinya sendiri.

Yang berikutnya hadir adalah kakak-beradik yang memiliki dunia berbeda satu sama lain. Sang kakak yang mengembangkan pendidikan kerakyatan di desanya yang diberi nama Sekar Kampoeng. Sebuah komunitas pendidikan yang tidak berbatas usia, ruang kelas maupun materi belajar tertentu, yang diadopsi dari Sekolah Alternatif Qoryah Thayyibah Salatiga. Sementara adiknya sibuk mengembangkan ekonomi kerakyatan dalam bentuk bank sampah dan pengembangan kreatifitas anak muda di kampungnya.

Berlima termasuk saya, yang masih berstatus pengangguran *curhat*, kami bertemu minggu pagi ini untuk memulai sebuah media silaturrahmi di kota kami untuk saling berbagi ide, menularkan konsep ataupun menawarkan gagasan satu sama lain di bidang masing-masing. Pada pertemuan awal pagi hari ini, sebetulnya kami baru akan membahas teknis pelaksanaan media silaturrahmi ini, namun obrolan mengenai beragam ide dan gagasan yang menarik tak mampu dihindari berlompatan di antara kami.

Meski cuma berlima, pada pertemuan berikutnya, kami berencana mengajak lebih banyak orang untuk terlibat dalam media komunikasi yang kami namai JEPARA IDEA SHARE ini.

Tujuannya sederhana, setiap manusia adalah perencana yang baik. Namun tidak semua rencana mampu dilakukan sendiri dengan baik. Seringkali ada gagasan-gagasan yang jika dilakukan oleh orang lain akan lebih baik hasilnya. Dan kami bahagia untuk itu.

Adakah minggu pagi mu bahagia, kawan?

gambar dari sini

Jogjakarta

Aku membongkar kemasan yang tak rapi, tas punggung berisi beberapa potong baju dan peralatan mandi. Hasil dari packing kilat yang kulakukan siang kemarin.

Balur kekakuan masih mendiami punggungku, penuh seluruh. Durasi berkendara yang tidak biasa semalaman. Ditambah perhentian-perhentian yang harus ada sepanjang perjalanan.

Ah, aku bisa abaikan sejenak tumpukan baju dan peralatanku. Aku tepiskan rasa ngilu di sekujur tubuh.

Kakiku melangkah keluar pintu rumah. Mengambil sepenuh udara ke dalam rongga dada. Menghembuskannya perlahan saja.

Lantas berucap, Selamat pagi Jogjakarta! Apa kabarmu kini?

gambar dari sini

Psikologi Alam

Pada postingan sebelumnya, aku menyebutnya psikologi alam. Penamaan yang bisa saja ceroboh atau terkesan asal comot. Sebab pemahamanku tentang ilmu psikologi yang dangkal. Yang pasti aku menggunakan istilah tersebut untuk menamai sebuah upaya menguasai diri sendiri ketika mendapatkan hambatan di alam.

Ketika kita melakukan sebuah kegiatan di alam; seperti mountain climbing, coastal fringing, hiking, camping ataupun backpacking, seringkali kita menemukan hambatan yang menghadang langkah kita. Rasa sakit karena luka, menurunnya mental karena lelah, ataupun cuaca yang ekstrim hampir tidak pernah absen untuk hadir dalam kegiatan-kegiatan semacam itu.

Aku percaya bahwa sakit yang kita rasakan hampir separuhnya adalah persoalan psikologis. Jika kita bisa memenangkan atau menghilangkan rasa sakit dari sisi psikologis, maka kita bisa mengurangi sakit yang kita rasakan menjadi separuhnya saja.

Hal ini penting, mengingat alam tidak mengenal kompromi dalam memberikan ujian. Kondisi alam yang kita hadapi tidak mengenal tawar-menawar. Maka kita sendiri yang harus melakukan adaptasi dalam diri kita dengan sebaik-baiknya.

Meskipun secara teknis aku masih selalu kesulitan untuk menjelaskan prosesnya, namun aku sudah sering mempraktekkannya. Pada beberapa kesempatan, psikologi alam ini cukup berhasil buatku untuk menghadapi kondisi yang tidak menguntungkan di alam. Misalnya untuk menghadapi terik matahari yang ekstrim ataupun ketika harus turun gunung tanpa alas kaki.

Mari menyatu dengan alam! 🙂

  • Pengunjung

    • 10,622 hits
  • April 2024
    M T W T F S S
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    2930  
  • obrolan via twitter

  • Meta